Jumat, 06 Desember 2013

Wanita dan Jamak Muannats Salim By: Nandang Burhanudin

Wanita dan Jamak Muannats Salim By: Nandang Burhanudin
***** 

Dulu waktu di Pesantren, pelajaran dasar gramatikal Bhs. Arab adalah: belajar tanda-tanda maskulin (muannats) dan bentuk jamaknya (plural). Saya dulu gak kefikiran, mengapa bentuk plural bagi muaannats(maskulin) adalah selalu ditambah alif dan ta dengan harokat kasrotain (tanwin kasroh) di akhir. Biar gak pening contohnya adalah: muslimatun => muslimaatin, mu'minatun => mu'minaatin. 

Kini setelah sering berinteraksi dengan wanita yang bernama ibu-istri+anak+kakak dan lain-lain saya baru memahami filosofisnya. Mau tahu?

1. Dilihat cara baca. Maka kata muslimaatin, mendorong kita untuk mengangkat bagian mulut kita terbuka lebar. Praktekkan; muslimaatin. Seakan-akan, wanita itu identik dengan pengorbanan. Ekspresi orang yang mengangkat mulut lebar, cermin dari daya tahan merasakan pedas, sakit, atau pedih. Di sisi lain, ekspresi dari puncak kenikmatan. Titik.

2. Bentuk plural wanita bersifat konstan dan abadi. Kaidahnya hanya Alif dan Ta. Alif adalah istiqomah=konsisteni, sedangkan Ta adalah tadhiyah=pengorbanan. Maka filosofis wanita selalu konsisten dengan prinsip dan siap berkorban apapun, bahkan jiwa dan kehormatannya. Termasuk saat akan menambah anggota keluarga dengan melahirkan. Atau menambah pundi-pundi keluarga saat berbisnis. Atau menambah kecerdasan anak, dst. Titik.

3. Filosofis kasratain adalah, wanita akan "merasa" direndahkan jika ia harus bersanding dengan harkat lainnya. Ia menganggap, saat ada harokat lain itu sama dengan membuatnya di bawah. Di sini mengapa wanita seringkali alergi dengan kata tambah, sanding, dua. Wanita selalu ingin menjadi satu-satunya. "Kau adalah jiwaku...", dll. Titik.

Inilah wanita. Rangkian kata mengandung makna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar