Rabu, 11 Desember 2013

Hilangnya Matahati di Semua Tragedi

Hilangnya Matahati di Semua Tragedi 
BY: Nandang Burhanudin 
***** 

Otak saya yang bodoh ini bisa merasakan, seorang Noam chomsky lebih "manusiawi" sikapnya dibanding para Guru Besar yang berjubah dan bersorban, bahkan yang berjanggut panjang. 
Apakah ini kaitan dengan hidayah ALlah itu sangat erat dengan BASHIROH. Karena awam, saya harus mencari lebih jauh tentang BASHIROH. MEngapa seorang ulama yang ilmunya luas, namun bersikap bablas mendukung pembantaian orang-orang yang berbeda pilihan politik? Bahkan memfatwakan kebolehan membunuh? 

Kembali ke masa lalu, saat Mu'awiyah berseteru dengan Khalifah Ali bin Abi Thalib, Mu'awiyah dikirimi surat dukungan dan rayuan dari Raja Romawi yang menawarkan dukungan militer. Namun tawaran yang menggiurkan itu dijawab Mu'awiyah, "Kami akan mengirimkan kepada kalian balaltentara yang kepalanya di depan istana kalian, dan ekor pasukan di istana kami." Mu'awiyah tidak tertarik sedikitpun untuk dimanfaatkan musuh-musuh Islam. 

Kini saya baru paham, jawabannya BASHIROH. Sahabat Mu'awiyah memiliki BASHIROH yang tidak dimiliki para alim ulama saat ini dan juga gerakan Islam yang mendukung kudeta, seperti Salafy dan HT. Apakah sikap teguh Mu'awiyah sendiri yang menolak kompromi dengan penjajah mendorong pendiri HT, Kiai Taqiyyuddin An-Nabhani menganggapnya cacat dan mengeluarkannya dari golongan sahabat? Entahlah, terlalu bodoh ilmu saya. 

Namun setelah membuka beberapa kitab dan tulisan, saya menemukan bahwa Bashirah itu bermakna (bahasa) artinya hati nurani atau kata hati atau hati kecil untuk menyebut kejujuran seseorang atas diri sendiri. Kata nurani berasal dari bahasa Arab yang artinya cahaya, sehingga hati nurani dapat disebut sebagai cahaya hati atau lubuk hati yang terdalam. Dalam bahasa Arab, hati nurani dalam konteks tersebut disebut bashirah.

Dalam Madaarij As-Saalikin (146) dikatakan, 
فالبصيرة معناها نور يقذفه الله في القلب ، يرى به حقيقة ما أخبرت به الرسل ، كأنه يشاهده رأي عين ، فيتحقق مع ذلك انتفاعه بما دعت إليه الرسل ، وتضرره بمخالفتهم 
"Bashirah adalah cahaya yang Allah masukkan ke dalam hati. Dengan hati (yang telah ada bashirah) ia dapat melihat hakikat dari setiap kabar yang diberitakan para rasul, seakan ia melihat dengan mata kepala sendiri. Oleh karena itu, ia dapat meresapi manfaat nilai-nilai yang diserukan para rasul
Bashirah dalam arti nurani. Sebaliknya ia merasakan mudarat bila menyalahi nilai-nilai para rasul." 

Tentang Bashiah ini diisyaratkan dalam surat Al-Qiyamah 14-15: "Bahkan manusia itu mampu melihat diri sendiri, meskipun dia masih mengemukakan alasan-alasannya (Q.S. Al-Qiyamah/75:14-15).

Sebagian mufasir, antara lain Al-Farra’, Ibn ‘Abbas, Muqatil dan Sa’id ibn Jabir menafsirkan bashirah pada ayat ini sebagai mata batin. Penafsiran ini dikutip oleh Al-Maraghi, dan Fakhr Al-Razi menafsirkan dengan akal sehat. Sedangkan Ibn Qayyim Al-Jauzi berpendapat, bashirah adalah cahaya yang ditiupkan Allah ke dalam Qalb, oleh karena itu ia mampu memandang hakikat kebenaran seperti pandangan mata.

Dari ragam pengertian di atas, saya memahami bashirah itu dalam empat arti, yaitu (a) ketajaman hati;(b) kecerdasan; (c) kemantapan dalam agama; dan (d) keyakinan hati dalam hal agama dan realita. Dalam surat Yusuf / 12:108 disebutkan: "Katakanlah, inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku, mengajak kamu kepada Allah dengan hujjah yang nyata (bashirah) (Q.s. Yusuf / 12:108). 

Oleh karena itu, bashirah tidak ditentukan oleh seberapa banyak hapalan Al-Qur'an, hadis, atau seberapa dalam pendalaman keilmuan tentang teks-teks konseptual. Bashirah justru ditentukan pada ketajaman mata hati untuk memaknai realita kekinian tanpa mengharuskan terlebih dahulu penguasaan terhadap teori-teori ilmu. Kasus pembantaian di Mesir adalah contohnya. Hanya cukup menjadi manusia untuk menolak aksi pembantaian manusia-manusia tak berdosa. Bahkan Erdogan yang diyakini ilmu dan pemahaman keislamannya masih dibawah para ulama berjubah menegaskan, "Kami tak ingin seperti setan-setan yang buta-tuli dan bisu". Kata-kata bernas yang keluar dari bashiroh, mata batin, bukan dari buih-buih dalil yang sepi makna. Wallahu A'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar