Jumat, 21 Februari 2014

BerFacebook itu Haram?

BerFacebook itu Haram? 
*****
By. Ust Nandang Burhanuddin

Facebook harusnya haram, jika mengikuti fatwa yang mengharamkan demokrasi.

Facebook adalah bid'ah, jika mengikuti fatwa apapun yang gak ada di masa Nabi, adalah bid'ah. 

Facebook adalah makruh, jika membuka FB lebih sering daripada membuka mushaf; atau lebih betah membaca status daripada ayat-ayat Ilahi. 

Semua fatwa ada konsekwensinya. Namun yang lebih penting dari fatwa adalah tabiat-kebiasaan-dan watak kita.

Tengoklah fatwa haram merokok. Ahli medis sudah lama mengingatkan rokok=racun. Ruang merokok dibatasi dimana-mana. Di bus,bandara, toilet, bahkan tempat umum: No smoking area! Smoking porhibitted by law! Pabrik rokok pun sudah sangat jujur melabeli produknya dengan ungkapan; "Merokok Membunuhmu!" Namun karena watak-budaya-dan kebiasaan sudah menjadi hobi, pabrik rokok tetap meraup lapa yang tak pernah kering.

Janganlah sedikit-sedikit haram, bid'ah, kafir, musyrik... 1 menit kemudian tanpa sadar kita menjadi penikmat sejati. Lalu kemudian mencari dalih. Pepatah Arab mengatakan; "Jangan mengobral larangan atas sesuatu yang kamu sendiri menjadi pelakunya. Karena setelah melarang kemudian menjadi pelaku, dirimu teramat memalukan!"

Bagi saya, FB tidak haram. Mubah saja. Malah dnegan FB bisa mengenal orang dan bersilaturrahmi bukan hannya dengan satu komplek, malah dari liang semut sekalipun. Kebetulan niat aktif di FBnya baik-baik. Allah pun mempertemukan dengan yang baik-baik. Rata-rata saat kopdar, real dan memberi manfaat.

Sama dengan demokrasi. Tergantung niat-watak-kebiasaan-dan hobi. Kalau memang watak-tabiat-kebiasaan-hobinya menebar fitnah, maka di alam demokrasi waktu yang tepat. Mumpung hukum Allah untuk praktik tajassus, menebar fitnah, berbicara binatang tidak diberlakukan hukuman ta'zir. Walau di alam demokrasi sudah ada pasal pencemaran nama baik dan fitnah. Nah sebaliknya, kalau memang baik, maka demokrasi momentum memperjuangkan dan menebar kebaikan.

Prinsipnya, orang yang terpilih di masa Jahiliyah. Maka ia akan menjadi yang terpilih di saat Islam tegak. Mutiara akan sama kapanpun dan dimanapun. Namun pribadi yang busuk, akan tetap busuk baik di masa Jahiliyah maupun di masa Islam. Nah di alam demokrasi, pribadi yang busuk lebih nampak watak asli busuknya. Perhatikan kata-kata yang terucap. Dalil yang dituliskan. Namun tak lama kemudian, terengah-engah menjulurkan lidah, dengan kata-kata yang tak patut.

Bukankah malu jika kita mengharamkan demokrasi, FB, sambil menikmati produk-produknya. Ditambah lagi menikmatinya sambil menghisap rokok? Hanya biasanya tipe pribadi demikian, sudah putus urat malunya.

Kamis, 20 Februari 2014

Dosa kecil bisa berubah menjadi dosa besar

Dosa kecil bisa berubah menjadi dosa besar jika pelakunya merasa senang dengan dosa tersebut, bahkan membanggakannya.

Misalnya seseorang yang setelah melakukan dosa kemudian mengatakan kepada orang lain, “Aku kemarin sudah melakukan ini dan itu, orang lain tidak ada yang berani seperti itu.”

Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Setiap umatku diberi afiat kecuali orang-orang yang terang-terangan. Sesungguhnya yang termasuk terang-terangan adalah jika seseorang melakukan suatu dosa pada malam hari, kemudian pagi harinya ia membuka dosa tersebut padahal Allah telah menutupinya. Dia berkata “Hai Fulan, semalam aku telah berbuat begini dan begini.” Allah telah menutupi apa yang ia lakukan malam itu, tetapi ia sendiri justru menyingkap tutupan Allah pada dirinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sumber : http://www.bersamadakwah.com/2014/02/5-penyebab-dosa-kecil-berubah-menjadi.html

Kapolri, Tepat Menolak Jilbab

Kapolri, Tepat Menolak Jilbab
*****
By. Nandang Burhanudin

Yang namanya polisi, mau Kepalanya Maman, Parjo, Andi, bahkan Da'i sekalipun. Mereka akan sangat patuh pada korps dan atribut kepangkatan. Maka jangan harap berpihak pada umat Islam (muslim-muslimah). 

Mengapa kok Kepala Polisi menolak kerudung jadi seragam? Sebab Kapol an jajarannya paham, masyarakat yang menolak Jilbab-kerudung jauh lebih banyak dibanding yang pro. Ukurannya pas Pemilu mas brow, mba braw! Umat Islam yang pro gak lebih dari 15 %. Plus, Bapak Kapol hanya takut pada Presiden yang bisa memecat, menurunkan pangkat, dan mengganti bukan TUHAN.

So, jangan pernah berharap tholabun nushroh ke aparat deh. Kan selama ini gak pro pada perjuangan umat Islam lain. Apalagi gak punya nasionalisme dan hanya sekedar menebar sampah atas nama syariah dan khilafah.

Kalau mau. Terjun Pemilu. Menangkan partai-partai Islam atau berbasis massa muslim. Menangkan presiden yang pro-Islam. Nah kalau sudah ada kontribusi, baru melakaukan preasure movement.

Asal Bukan PKS

Asal Bukan PKS
**** 
By. Nandang Burhanudin

JIL bertekad mencalonkan Jalaludin Rahmat tokoh Syi'ah jadi menteri agama => oooh...itu bukan urusan kami. Gak apa-apa, asal bukan PKS. Makanya umta Islam harus Golput. 

Waria mendukung Jokowi jadi Capres => oohh...itu rezeki pak Jokowi. Gak apa-apa, asal bukan dari PKS. Makanya umat Islam harus Golput. 

Jokowi belanja 4000 bus China bekas 1.2 Milyar => Ohh..itu wewenang Jokowi. Gak apa-apa, asal bukan PKS. 

NASDEM dan GOLKAR tiap hari iklan di TV => Ohh wajar saja, mereka yang punya TV. Gak apa-apa. Asal bukan PKS.

Nah kalu urusan kami adalah; 
1. Innaa Lillahi...Mars PKS dinyanyikan paduan suara gereja! Dasar partai jualan agama. 

2. Waduh...Korupsi Sapi...enaaak bangeet! Padahal bukti korupsinya gak terbukti. Pokoknya; Partai Korupsi Sapi.

3. Nah, AHER salaman sama presenter wanita. Oooh...Dedy Mizwar ngerayain ULTAH. 

4. Atribut PKS di tempat-tempat bencana! Sikaaaaat! Itu namanya menari di atas penderiaan orang lain. 

Ada lagi? Sedap-sedap...

Al-Quran Keluarga edisi Mahabbah Rainbow dengan terjemah Per-kata.






  • Ukuran 11.5 x 15.5 cm
  • Bahan cover : Anyaman (handmade) + Renda +  Bludru + Bordir
  • Bahan kertas : Matte paper
  • Halaman : 656 hal

  • Harga : Rp. 145.000

Keunggulan :



  1. Al Qur'an 30 juz
  2. Terjemah lengkap
  3. Terjemah Per kata
  4. Tajwid Warna
  5. Panduan Ayat Keluarga
  6. Hadist-hadist Pra Nikah
  7. Hadist-hadist Saat Nikah
  8. Hadist-hadist Pasca Nikah
  9. Hadist-hadist Rumah Tangga
  10. Hadist-hadist Birrulwalidain
  11. Hadist-hadist Pendidikan anak
  12. Hadist-hadist Bertetangga
  13. Pelangi9*